December 19, 2011

Up (Photos)

Yay I eventually made it to the hill, where JAYAPURA CITY giant letters set up!
The view from up there is sooooooooo prettyyyy I don't wanna go home.
The hill, reachacble by motorcycle and car. It's where most of TV broadcast towers are located


Away For A Day (Photos)

I visited the beach before on Idul Fitri Day.

Nobody  is sure about the beach’s name. Some say it’s called Harlem, some say it’s Arlem, Harlen, some even say it’s Arlen. I don’t know.

December 7, 2011

Hello Mr. Parker, It's Me (Photos)



Lagi-lagi Homesick

I really miss home. Seriously.

Tujuh bulan di Jayapura rupanya telah mengakumulasi rasa kangen gue yang siap meledus macam jerawat matang.

Beneran deh, udah ngga sabar banget ketemu sama keluarga dan kawan-kawan. Belum lagi kekangenan gue terhadap masakan nyokap dan makanan-makanan enak di Jakarta. 

To tell you the truth, makanan adalah salah satu problem terbesar gue di Jayapura. Harap maklum aja yeh, pilihan makanan di sini terbatas pisan dan rasanya ngga ada yang senikmat di Jakarta/Pulau Jawa. Kasarnya, gue makan di Jayapura hanya untuk sekedar fungsional biar ngga laper dan ngga sakit. 

Hmmm memang sih ada restoran Rempah-Rempah yang soal cita rasa sama enaknya kayak cabang Jakarta, atau ada beberapa restoran seafood, mie dan masakan Jawa yang lumayan oke, tapi kan gue ngga bisa tiap hari makan di situ nek. Mahal, plus lokasinya yang jauh dari kosan.

Akhirnya ya sehari-hari gue ngerantang sama orang kantor. Rasa lumayan. Menunya, masakan rumahan. Tapi tetep kalah duong sama masakan mamaku.

Ngomong-ngomong soal menu, terus terang jarang bener gue makan daging sapi di sini. Asli 7 bulan di Papua, kayaknya cuma 1 kali gue makan daging sapi. Alasannya? Daging sapi entah kenapa ngga terlalu banyak ditemui di menu warung makanan. Ngga tau karena orang sini lebih pilih daging babi dibandingkan daging sapi atau karena supply-nya yang sedikit sehingga mengakibatkan harga yang melambung. Rata-rata laukan di warung berkisar antara telur, daging ayam atau ikan, menjadikan pilihan menu gue ya di itu-itu doang, dengan tambahan variasi tempe/tahu. 
Dari daging ayam dan ikan pun, gue lebih sering makan ikan. Kalau ini lebih ke pertimbangan kesehatan. Ikan di sini biasanya fresh, karena Jayapura kan deket laut (walaupun di satu sisi, gue heran kenapa harga seafood mahal banget), sedangkan daging ayam, kalo mengutip housemate gue “Tuh ayam udah mati 3 bulan lalu kali, masa lu mau makan juga?”. Maksudnya dia, rata-rata daging ayam yang masuk ke Jayapura berasal dari Surabaya atau Makassar. Jadi harus dipetieskan, masuk kontainer dan menempuh perjalanan panjang dengan kapal ke Jayapura. Nah kebayang kan lu, betapa ngga freshnya daging ayam tersebut. 
Gue sebagai orang yang sok health conscious jadi agak parno dan berujung pada pembatasan konsumsi daging ayam, (walaupun kadang tetep aja doyan ke KFC hehehehe, abis too tempting deh).

Masih soal makanan, sebagai orang yang suka ngemil, gue tersiksa. Cobaan apalagi ini ya Alloh. 
Gorengan ngga ada yang terlalu enak. Cakwe ngga nemu. Martabak, ada tapi ya so so deh. Es campur so so juga. Bakso ya so so. Somay kurang ens. Pancake, doh ngarep banget lu ada yang jual pancake di sini. Jadilah si gue ngga terlalu ngemil. Kalaupun ngemil sebatas yang dijual di supermarket kayak Chacha, biscuit, dan pisang (yes, karena ngga ada pilihan, akhirnya ngemil pisang pakai susu coklat). Besar kemungkinan, gara-gara inilah gue kurus. Berat badan yang tadinya pas datang ke Jayapura sekitar 46-47kg, sekarang 44 kg saja. Kadang kalau lagi kurang waras, gue suka ngebayangin lagi jalan sore-sore ke Benhil trus jajan cemilan sampe bego. Benhil, aku padamu banget.

Kerinduan gue lainnya adalah soal hiburan. Gue sebenernya ngga terlalu masalah sama hal ini, karena soal nyari hiburan di weekend tuh tergantung sama masing-masing orang. Ada yang harus jalan-jalan dan beli-beli atau makan-makan. Ada yang seneng ngendon di rumah. Nah gue kebeneran ngga keberatan kalo weekend di kosan aja. I feel comfortable being by myself and have no problems at all when I have to spend the weekend by watching films endlessly (which is emang seringnya juga begitu sih). 
Buat 'beach person', di Jayapura, banyak pantai bagus, jadi pasti lu bakal senang sekali dan ngga bakalan matgay. Gue juga kadang pergi ke pantai pas weekend, tapi lama-lama agak bosan. Jadinya lebih sering jalan keliling kota. Jalan ngga penting liat apa kek gitu, beli roti tawar doang di Prima Garden, sekedar ke Gramedia liat alat tulis dan buku, atau duduk dengerin ipod ngeliatin anak-anak berenang di pantai dok 2 depan kantor Gubernur.

Tapi oh tapi, sepertinya gue sudah terconsumed sama gaya hidup metropolitan, sehingga ada kalanya gue kangen sama mall.

Iya, mall dengan hembusan angin sejuknya itu. Mall dengan ketersediaan koleksi toko di dalamnya sehingga jadi one-stop destination buat belanja ataupun sekedar cuci mata. Mall yang ada resto dan cafĂ©-cafenya.  Mall yang ada…..BIOSKOPNYA ndro. Kangen bet gue nonton film pakai soundsystem yang proper stereo THX. 
Oia, ngga usah nanya deh ya yang dikategorikan mall atau plaza di Jayapura itu seperti apa.. Nanti sedih gue jelasinnya, karena beneran kagak ada apa-apanya.

Dulu  gue sempet seneng, karena di kota lagi dibangun mall yang ada Matahari-Hypermart-J.CO nya. Sempet optimis pula bahwa mall ini akan jadi sebelum gue cabut Februari 2012. Tapi, udah sebulan ini pembangunannya si mall terhenti karena dipalang (ada suku apa gitu bilang tanah ini adalah milik mereka. A friend said ini typical untuk kejadian di Jayapura. Nanti kalau udah beres juga palingan ada yang palang lagi). Pupuslah harapan gue. Sekarang udah Desember 2011. Bangunan baru setengah jadi. Mana mungkin kelar dalam 2 bulan.  

To make me miss Jakarta even more, gue harus menghadapi kenyataan pahit soal salon. Ok,lu pada tau lah ya, bagaimana buat cewe nyalon adalah satu hiburan pelipur lara kalo lagi sakit kepala atau bt. Nah, di Jayapura, jumlah salon sih cukup banyak, tapi yang bagus gue ngga tau  ada berapa dan yang mana aja. Daripada kecewa, di sini gue hanya ke salon Rudi Hadisuwarno. Itupun buat potong rambut tok.

Creambath? Mahal gila. Di salon biasa tuh sekitar 120-130ribuan. Hairspa juga segitu. Luluran 150ribuan. Buset. Shock gue, secara creambath di salon-salon seputaran Wolter Monginsidi masih dapet 50-75ribu. Terus sambil shock gue ketok-ketok meja supaya jangan sampe kejadian kayak seorang temen yang salah masuk salon (masuknya ke salon & spa-nya Martha Tilaar) dan kena 250ribu untuk creambath. Ampun.

Duh rasanya lebih baik disudahi aja ramblingan hari ini, daripada makin panjang, bikin gue makin rindu sama Jakarta.
27 Desember cepatlah datang. Plis. 

December 5, 2011

Momento

Happiness only real when shared -Into The Wild-
Only three months left in Papua, and I miss every inches of this land and its people already. 

December 2, 2011

The Neighbours (Photos)

Inside honai.

Mama and the Kittens (Photos)

Hello Mama Ucing!

Hello kids!

Family picture. (The kittens look exactly like mommy!)

Homesick

A: I don’t feel well today, my stomach feels awful. I was so hungry and then I ate like crazy, but now it doesn’t feel good.

B: So do I. I feel terrible. I had a shaky landing , I’m dehydrated, and had to wait for hours for ticket confirmation. I’m all exhausted.

A: And now suddenly I miss home. My first day of homesick after months of travelling.

B: Me too. I miss my mom. You know, being sick while you’re away is one of the worst thing.

A: (nodded) I miss my mom’s cooking.

B: Me too.