April 9, 2014

Tentang Memilih

Hari ini 9 April 2014, seluruh rakyat Indonesia melaksanakan pemilihan umum legislatif.  
Saya ucapkan selamat kepada teman-teman semua dan juga selamat menukar si jari kelingking bertinta dengan kopi gratis, makanan gratis, berbagai discount, dan segala promo yang melimpah!
Rasa-rasanya baru tahun ini saya ngerasain 'milih' menjadi sesuatu yang penting. Dulu setahu saya hanya Starbucks yang menawarkan kopi gratis bagi yang milih. Tapi tahun ini, asli banyak banget promo yang diberikan buat yang milih, jadi kayaknya hari ini bisa dijadikan hari khusus untuk redeem promo ya. Kalau pintar-pintar, bisa dapat banyak gratisan dan discount banget nih :)

Personally saya seneng karena secara ngga langsung promo-promo ini jadi mempromote orang untuk 'milih' atau 'nyoblos', mengappreciate orang yang milih,  bikin milih jadi trend, dan memicu munculnya persepsi 'kalau ngga milih ngga keren' di kalangan anak muda, which for me, is very good. 

Tapi di satu sisi, saya juga sedih dan sebel.
Kenapa? Karena saya hari ini ngga bisa milih. 
Saya ngga bisa milih karena tidak sempat mengurus formulir perpindahan suara. There will be no ink in my pinkie today :|

Beberapa minggu lalu saya sempet cari-cari info cara mengurus perpindahan, dan ternyata jeng jeng lumayan ribet mak, terutama untuk perantau seperti saya yang kadang ngga jelas kapan bisa balik ke kampung. Ada salah satu sumber di internet yang menyebutkan kalau kita harus minta form dulu ke KPU asal, lalu nanti dibekali form baru yang kudu didaftarkan di KPU tujuan. Sumber lain menyebutkan kalau tinggal minta formulir di KPU tujuan, tapi harus dilakukannya jauh-jauh hari (paling lambat h-10 pemilu).  Sebenarnya ini akan mungkin dilakukan, namun harus disosialisasikan sedari awal. 

Sejujurnya ini bikin saya kesel, karena saya merasa sosialisasinya sangat kurang. Seharusnya informasi-informasi penting tentang pemilu bisa disebarluaskan dari jauh-jauh hari, let's say misalnya dari awal tahun. Jadi dari awal tahun tuh orang udah tahu bahwa, okay tahun ini akan milih, dan kalau misalnya orang itu merantau, maka bisa mulai atur rencana bagaimana supaya bisa tetap milih. Yang saya rasakan sekarang, informasi baru last minute saja, dan kayaknya baru seminggu terakhir ini, di Kompas banyak iklan tentang cara-cara milih. 
IMHO, agar informasinya menyebar luas, akan lebih berguna jika disampaikan melalui iklan layanan masyarakat di televisi. Rasanya lebih berguna daripada nonton iklan partai dan jingle-jinglenya itu deh. Atau kalau mau ngereach anak muda ya bisa pakai media yang mereka pakai banget sekarang ini, seperti misalnya social media. 

Saya sempat ngobrol dengan beberapa teman sesama perantau di field office, dan mereka juga berpendapat hal yang sama: bahwa syaratnya ribet dan ngga ada sosialisasinya jadi secara langsung mendemotivasi dan membuat mereka apatis.

Lalu yang bikin saya tambah rongseng adalah, kemarin-kemarin pas awal-awal e-ktp, saya pikir e-ktp ini akan menjadi jawaban atas  kebutuhan data identitas yang terintegrasi, yang salah satu fungsinya nanti kalau pemilu, warga negara di luar daerah pilih bisa tinggal tunjukkan e-ktp, discan, keluar data, lalu hop hop bisa langsung pilih di mana pun dia berada. Tapi eh ternyata saya terlalu banyak berharap, karena kenyataannya ngga kejadian. Bahkan kata teman saya, e-ktp udah ngga ngaruh, karena kemarin-kemarin dia mengurus pindah domisili dan petugasnya bilang data-data e-ktp-nya sudah hilang, jadi dia harus memasukkan data ulang dan diberi ktp-nya yang kertas. Weks, jadi apa gunanya dulu investasi besar-besaran di proyek e-ktp dong? 

Balik lagi di kenyataan hari ini saya tidak milih, yang ada di pikiran saya adalah kenapa ya negara ngga mempermudah warganya untuk memilih? Ini menyedihkan banget. Bayangkan aja berapa juta suara perantau yang sia-sia hari ini? 
Berbekal pengalaman ini,  maka sepertinya no matter what saya harus pulang kampung pada pemilihan presiden 9 Juli nanti. I just don't want to miss it. 

And, oh for those who will/did vote today, YOU ROCK!

No comments:

Post a Comment