September 2, 2011

Khan el-Khalili Market

A very late post about Khan el-Khalili market that I visited last  year. 


Bagi yang sedang berkunjung ke Kairo, rasanya kurang lengkap jika tidak menyempatkan ke pasar Khan el-Khalili. Dibangun tahun 1382 oleh Emir Djaharks el-Khalili, pasar ini dahulu dikenal dengan nama ‘Turkish Bazar'.

El-Khalili terletak di pusat kota Kairo, menjadikannya tujuan utama para turis untuk berbelanja oleh-oleh dan souvenir khas Mesir.
Pasar ini terdiri dari satu jalan besar dengan gang-gang kecil di kiri dan kanan yang menggoda untuk ditelusuri. Segala pernak-pernik khas Mesir bisa ditemui di sini, mulai dari t-shirt, gelang, kalung, lampu, miniatur piramid, pashmina, scarf, bumbu dapur, keffiyeh, karpet, magnet kulkas, papyrus, alat musik tradisional, topi mantle,  kartu pos, sepatu kulit, abaya (baju panjang semacam gamis), peralatan shisha, bahkan sampai kostum penari perut. 

Selain berbelanja, kita juga bisa duduk-duduk mengopi di coffeshop lokal. Mereka menyajikan Arabic coffee, yang disajikan dalam cangkir kecil. Rasanya pekat dan strong sekali. Cocok diminum jika besok pagi ada deadline menunggu. Sebagai pelengkap, tentu saja paling enak jika sembari menghisap shisha dan mendengarkan lagu-lagu padang pasir.

Di el-Khalili-lah, saya pertama kali berbicara dengan orang lokal.

Layaknya kebiasaan di negara-negara Arab lainnya, rata-rata orang Mesir berbicara dengan volume besar dan nada suara yang cukup ngotot. Jadi jangan heran jika 2 orang Mesir berbicara terdengar seperti sedang bersitegang (padahal ternyata mereka hanya ngobrol biasa). Wajah Asia saya pun dengan cepat mereka tebak: “Indonesian? Malaysian? Ah... you’re moslem! Come inside sister, special discount for you”. Yap, mereka memang agresif dan kadang (terlalu) ramah. Begitu tahu kita orang Indonesia (mereka mengasumsikan orang Indonesia semuanya muslim), mereka langsung menyapa Assalammualaikum dan menggiring kita masuk toko.

Seperti halnya di pasar tradisional, di el-Khalili kita harus pintar-pintar menawar karena para pedagang kadang memasang harga yang keterlaluan mahalnya. Sebagai pembeli pun kita jangan mau kalah, harus jadi si raja tega, dengan menawar 50% dari harga asli. Siap-siap juga untuk pasang muka tembok dan attitude jual mahal. Sok melengos sedikit boleh, supaya dipanggil lagi sama si penjual (walaupun pernah sekali saya melengos dan tidak dipanggil lagi. Dongkolnya ampun-ampunan, tapi gengsi dong untuk balik).




Bagi yang gemar berbelanja dan menyukai pernak-pernik unik dijamin akan ketagihan untuk kembali lagi dan lagi. Lihat saja saya, yang sangking kesemsemnya dengan el-Khalili, sampai 3 kali bolak balik berkunjung.

Apparently, I left my heart in Khan El Khalili.






No comments:

Post a Comment