Akhirnya setelah berpikir sana dan sini, di awal 2013 saya memutuskan: bahwa saya mau sekolah lagi dan ambil jurusan komunikasi atau development practice, di luar negeri, dan harus dengan beasiswa. Harus dengan beasiswa. Sekali lagi, harus dengan beasiswa. Because I can’t afford it if I have to pay it myself and neither my parents.
Ok. langkah pertama adalah punya sertifikasi kemampuan bahasa Inggris. Jujur, saya ngga pernah tes TOEFL atau IELTS sebelumnya, jadi saya bener-bener ngga ngerti prosesnya. However, setelah cari-cari info, akhirnya saya memutuskan untuk ambil tes IELTS, karena diterima di mana saja, walaupun harganya mahal. Selain itu, sedari SMA dulu, saya sudah lebih familiar dengan sistem English kiblat Inggris daripada Amerika.
Sebelum tes, walau sudah punya buku IELTS, saya tetap memutuskan untuk les intensif di
IDP dulu. Ngga pede nih ceritanya, soalnya denger-denger, tesnya tuh susye bener. Juga, investasi biaya tes 2.2 juta akan terasa sia-sia jika hasilnya jelek. Rugi bandar dong.